Kota Bima NTB – Walikota Bima H. Muhammad Lutfi,SE, Jumat (05/05/2023) meninjau kesiapan tim Teknologi Tepat Guna (TTG) Kota Bima yang akan berlaga pada Lomba TTG Provinsi NTB yang direncanakan akan berlangsung Rabu 10 Mei 2023.
Enam Karya hebat dari Kota Bima telah disiapkan untuk dibawa ke lomba tingkat Provinsi. Walikota HML memberikan semangat kepada tim yang rencananya berangkat Senin 8 Mei 2023.
Semua karya tersebut telah disiapkan dan diuji oleh tim khusus di Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Kota Bima yang berlokasi di eks kantor BKD Kota Bima jalan Sukarno Hatta Nomor 10 Kelurahan Rabangodu Utara. Saat itu walikota Bima mendengarkan penjelasan dari tim tentang cara kerja alat serta keunggulannya.
Enam karya yang akan diikutkan dalam lomba TTG Provinsi adalah ‘Apotek Hidup Sistem Irigasi Tetes Otomatis’ karya dari Isra Junna, salah seorang dosen sebuah Universitas di Bima, untuk karya ini walikota memberi respon yang cukup baik, bahkan meminta Kaban BRIDA untuk membuat alat ini berkapasitas lebih besar sehingga bisa dimanfaatkan untuk penyiraman taman di Kota Bima.
“Kami sangat berterimaksih kepada Walikota yang telah memberi Kami semangat dan dorongan untuk mengembangkan alat ini dengan kapasitas yang lebih besar seperti yang diinginkan oleh beliau, dan Kami siap untuk itu” ujar Kepala BRIDA, Adhi Aqwam, ST, M.Eng, M.Sc saat mendampingi Walikota, Jumat Siang.
Kemudian berikutnya Walikota Juga melihat secara langsung proses kerja sebuah karya pendeteksi banjir, alat ini diberi judul Flood Dekector (Alat Pendeteksi Skala Banjir) yang merupakan karya dari tiga pelajar SMA, Junainah, Putri Kastusyarifa dan Khusnul Khatima, alat ini mampu mendeteksi banjir dengan tanda yangb berbeda pada setiap level ketinggian air sebagai peringatan. Ini memungkinkan masyarakat cepat bersiaga dan mengevakuasi diri mereka Ketika sinyal banjir terdeteksi.
Walikota sangat berharap alat ini bisa dikembangkan lebih modern dan dibuat lebih banyak sehingga bisa dimanfaatkan secara optimal oleh pemerintah dan masyarakat. Sebab bencana banjir kerap melanda wilayah Kota Bima pada setiap musim hujan.
“Saya dorong Kepala Brida memikirkan pengembangan alat ini untuk membantu kita mendeteksi banjir,” ujarnya.
Karya yang ketiga adalah, Bata Tanpa Pembakaran dipelopori oleh tiga orang yakni, Asryadin, Hetty Koes Endang dan Rosita, ketiganya adalah peneliti di Brida Kota Bima, konsep pembuatan bata tanpa pembakaran ini tidak memerlukan bahan yang rumit dan prosesnya lebih cepat dari bata biasa, keunggulan karya ini lebih bertahan dari benturan, lebih murah dan bahan bisa didapat mudah. Untuk diketahui produk ini telah melalui uji labaraturim, hasilnya bata yang diciptakan rata rata bertahan lebih baik dari tekanan dari bata bakar.
Walikota sangat menginginkan karya ini bisa dibuat dalam kapasitas besar dengan daya produksi rata-rata setiap hari mampu memproduksi 1000 bata setia harinya, menurut walikota harus dicari cara untuk membuat mesin pencetak yang berkapasitas besar sehingga produksi bisa dilakukan secara masal.
“Kita ingin karya ini bisa dikembangkan, dan dimanfaatkan oleh masyarakat secara luas, ini akan menghidupkan ekonomi di bidang pembuatan bata yang berkualitas,” ujarnya.
Sedangkan untuk tiga karya lainnya yang diikutkan dalam lomba TTG Provinsi, yakni, alat pendeteksi kebocoran LPG dengan menggunakan teknologi IoT, karya ini merupakan hasil inovasi dari tiga siswa, Muhammad Firaz Maulana Febriyanto, Ni Wayan Naya Kalista dan Fawwas Dzakwan Aisy, alat ini akan mendeteksi gas yang bocor secara otomatis, penggunaan sensor MQ2 akan memberi respon mengecil dan jika kepekaan terhadap gas meningkat, kemudian respon tersebut dikirim ke alat yang diberi nama Ardunia, dari sini perintah dilanjutkan ke LCD yang akan mengubah tulisan, sensor juga akan mengirim sinyal ke led merah dan Buzer untuk indicator bahaya. Keunggulan alat ini bisa dibuat dengan alat sederhana dan mudah dioperasikan tidak membutuhkan ruangann yang besar.
Karya TTG lainnya, adalah berjudul Kota Surya, alat ini merupakan hasil pengembangan dari peralatan Portable Solar Cell, alat ini diberi nama Sistem Energi Surya Fotofoltak (SESV) merupakan teknologi yang bersih dan tidak mencemari lingkungan dan dirancang khusu untuk daerah yang rawan bencana alam dan bisa dipakai pada saat rekreasi di gunung, sebab pada saat itu memembutuhkan sumber energi listrik sebagai alat sumber penerangan.
Karya selanjutnya diberi nama PERI ASLI LELAMASE adalah sebuah alat penjernih air yang dibuat sederhana dengan teknologi yang ramah lingkungan, alat ini sangat dibutuhkan di daerah pegunungan terutama saat musim hujan berlangsung, dimana saat itu air bersih sangat sulit didapat, disebabkan banjir dan juga tidak adanya bak penampung yang bertahan dari air lumpur.
Alat ini merupakan hasil karya dari Hidayaturrahman. Semua karya yang diikutkan dalam lomba TTG Provinsi NTB ini merupakan hasil seleksi saati TTG tingkat Kota Bima. Sebanyak 41 karya dalam lomba tersebut dengan berbagai metode serta tingkatan yang berbeda. (tim)