LOMBOK TIMUR – Anggota DPR RI fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dapil Pulau Lombok H Rachmat Hidayat menghadiri wisuda ke X Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Palapa Nusantara Lombok – NTB pada Kamis, (24/11/2022).
Kehadiran anggota Komisi VIII DPR RI itu didampingi Ketua DPC PDIP Lombok Timur Ahmad Sukro, Wakil Ketua II DPC PDIP Lombok Timur , Ahmad Amrullah. Kedatangan mereka disambut antusias civitas akademika STIT Palapa Nusantara dan ratusan wisudawan wisudawati yang hadir.
Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Bupati Lombok Timur Sukiman Azmy, Ketua STIT Palapa Nusantara Dr. H. L. Moh. Fahri., M.H., Pembina STIT Palapa Nusantara, Prof.Dr Sayyid Agil Ali Idrus, M.Si, Koordinator Kopertis Wilayah 14 Mataram, Dr. H Nazar Naamy, M.Si serta sejumlah pejabat lingkup Pemda Lombok Timur dan sejumlah anggota DPRD Lombok Timur.
Dalam sambutannya, politisi senior PDIP NTB itu menyatakan kebangkitan kepemimpinan Indonesia bagi dunia memerlukan setidaknya sejumlah. Dimulai dengan penggalian spirit kepemimpinan Indonesia seperti sudah ditunjukkan oleh para pendiri bangsa.
Menurut tokoh kharismatik Bumi Gora itu, syarat pertama adalah, menggali kembali keseluruhan spirit tentang kepemimpinan Indonesia yang telah ditunjukkan oleh para pendiri bangsa.
“Belajar dari kepemimpinan Bung Karno dan Bung Hatta, ada korelasi antara ide/gagasan/imajinasi, spirit, tekad, dan tindakan strategis di dalam mencapai visi kepemimpinan Indonesia,” kata Ketua DPD PDIP NTB itu.
Di hadapan para wisudawan, Rachmat memaparkan panjang mengenai kepemimpinan Proklamator Ir Soekarno membangun Indonesia dan bagi dunia. Dipaparkannya bagaimana Soekarno membuktikan sebuah Kepemimpinan stratejik yang visioner namun membumi. Dan itu lahir melalui kepemimpinan intelektual, yang menciptakan daya imajinasi tentang masa depan.
“Bung Karno memperkirakan pada tahun 1945 bahwa suatu saat Eropa dan Amerika Serikat akan mengalami krisis ekonomi bersamaan akibat bekerjanya kapitalisme. Kapitalisme menciptakan krisis, belum selesai krisis yang satu, muncul krisis lainnya, dengan dampak yang semakin berat dan kompleks. Pandangan ini terbukti pada tahun 2008,” urai Rachmat.
Tokoh yang dijuluki ‘Datu Lombok” lalu menjelaskan syarat kedua kebangkitan kepemimpinan Indonesia bagi dunia. Yakni ideologi Pancasila dan UUD 1945 harus dipahami semangat dan konsepsinya di dalam membangun kepemimpinan Indonesia.
Syarat ketiga, adanya kepemimpinan strategis yang memadukan antara kepemimpinan ideologis yang memberikan arah, dengan kepemimpinan teknokratis yang menghadirkan kepemimpinan intelektual dalam agenda strategis guna membangun rasa percaya diri bangsa untuk percaya pada kekuatan sendiri.
Keempat, tersedia konsepsi pola pembangunan dalam perspektif jangka pendek, menengah, dan panjang. Konsep ini menjadi guideline policy dari seluruh penyelenggaran negara di dalam mewujudkan cita-cita nasionalnya.
Kelima, pendidikan dan kebudayaan ditempatkan sebagai lambang supremasi kemajuan. Di sini perguruan tinggi harus menjadi motor kemajuan.
Keenam, kata Rachmat, adalah penguasaan ilmu-ilmu dasar seperti matematika, kimia, fisika, dan biologi dengan berbagai variannya. “Ini bersifat wajib dan harus dipacu pengembangannya secara progresif,” katanya.
Ketujuh, adanya sinergi koneksitas antara pemerintah, perguruan tinggi, BUMN, dan Badan usaha miliki swasta. Yakni dengan mendorong budaya berprestasi, merit system di dalam mempercepat kemajuan menjadi bangsa yang berdikari.
Namun di atas segalanya, Rachmat mengatakan ada syarat kedelapan. Bahwa bangsa Indonesia harus berani meletakkan nasib bangsa dan nasib tanah air di tangan bangsa sendiri. Sebab hanya bangsa yang berani meletakkan nasib di tangan sendirilah yang dapat berdiri dengan kuatnya.
“Karena itulah, marilah, dari STIT Palapa Nusantara ini kita gelorakan kemajuan Indonesia raya dari kampus, dengan menggalakkan riset dan inovasi yang membumi, yang mempercepat jalan Indonesia berdikari,” tegasnya.
Sanjungan Bupati Lombok Timur
Di tempat yang sama, Bupati Lombok Timur Sukiman Azmy dalam sambutannya secara eksplisit mengacungi jempol kiprah dan kepedulian Rachmat Hidayat terhadap pengembangan sumber daya manusia di NTB. Sukiman melihat, dalam kacamatanya H Rachmat Hidayat merupakan figur yang amat memberikan atensi terhadap tokoh-tokoh NTB yang telah bergerak membangun masyarakat.
Sukiman pun mengungkapkan, salah satu bentuk sumbangsih nyata Rachmat Hidayat adalah dirinya merupakan inisiator awal pemberian gelar pahlawan nasional kepada TGKH Zainuddin Abdul Madjid.
“Saya ingat Almagfurllah TGKH Zainuddin Abdul Madjid pahlawan nasional kita, yang dulu diinisiasi pengusulan pahlawan nasionalnya adalah oleh Kanda H Rachmat Hidayat,” kata Sukiman yang sontak disambut tepuk tangan meriah dari hadirin yang hadir.
“Jadi sampai dengan bergelar pahlawan nasional, banyak usaha, ikhtiar banyak pihak yang terlibat, untuk menjadikan beliau pahlawan nasional. Dan saya masih ingat inisitaif pertama datang dari beliau (Rachmat Hidayat, red) baru disusul yang lain. Bukan untuk memuji di hadapan beliau tetapi itu faktanya, mungkin beliau bisa bercerita lebih panjang nanti,” jelas Bupati Lotim dua periode itu.
Lebih jauh, Sukiman mengaku siap bersinergi dengan Rachmat Hidayat dalam mengembangkan kualitas pendidikan. Salah satunya di STIT Palapa Nusantara Lombok.
“InsyaAllah pemda akan siap bersinergi, bersama Palapa Nusantara memajukan perguruan tinggi agar mendapat tempat di hati masyarakat. Di akhir masa jabatan saya nanti di 2023 saya bercita-cita untuk memberikan sumbangsih kepada Palapa Nusantara berupa perluasan lahan di sisi kanan, nanti kita lihat berapa kemampuan pemda. Dan di situlah Kanda Rachmat Hidayat membangun gedung yang megah. Ssbagai bentuk kolaborasi antara pemda dengan DPR RI,” beber Sukiman.
Sukiman pun mengajak agar mendidik mahasiswa atau siswa dengan jangkauan yang jauh ke depan. Bukan dengan alam kekerasan, tetapi dengan kebijaksanaan. Dengan penuh kedewasaan dan ilmu pengetahuan.
Sementara itu, Rektor STIT Palapa Nusantara Dr. H. L. Moh. Fahri., M.H., dalam sambutannya berharap agar para wisudawan dan wisudawatu enantiasa diberikan taufik dan hidayah sehingga dapat kembangkan potensi dan kemampuan yang ada pada setiap diri mereka.
Sebab masih panjang perjuangan yang harus ditempuh sebagai sarjana. Sehingga akan dapat melaksanakan kiprahnya di tengah masyarakat dengan sebaik-baiknya.
“Pesan kepada wisudawan dan wisudawati yang saat ini telah meraih satu langkah final di mana wisuda merupakan satu momentum dan pertanda telah menyelesaikan program strata 1. Proses ini tidak segampang membalikkan telapak tangan. Apabila maksimal apa yang digariskan dan apa yang tersirat akan mampu mengarungi bahtera kehidupan di manapun berkedudukan,” kelasnya.
Dirinya kemudian menukil empat jenis kecerdasan yang telah disampaikan Guru Besar UIN Mataram yang juga Sekjen PBNW Prof. Dr. TGH Fahrurrozi Dahlan, QH, MA.
Empat kecerdasan yang apabila maksimal dalam melaksanakan kecerdasan itu maka tidak akan pernah mendapatkan kerugian.
Pertama kecerdasan spiritual, yang merupakan pedoman dan langkah awal melakukan aktivitas apalagi berkaitan dengan pengkajian ilmu dan science.
Kedua kecerdasan sosial, manusia merupakan makhluk sosial, tanpa adanya manusia yang kain tidak ada artinya tanpa ada kolaborasi dan relasi
Kecerdasan ketiga yakni kecerdasan sosial – intelligence bahwa kehidupan manusia dalam tingkatan paripurna berempati sosial, melakukan komunikasi tidak hanya secara persoalan individual, tetapi diperlukan tingkat kebersamaan dengan individu dan manusia lainnya.
Keempat, kecerdasan emosional. Kecerdasan ini menghendaki manusia tanpa satu proses yang dipertajam melalui akan pikiran, perasaan, maka kegiatan itu tidak akan bisa menghasilkan sesuatu yang optimal.
“Oleh karena itu, kepada para wisudawan 4 hal pokok ini saya sampaikan agar terus mengambangkan dan menggali keilmuan, dengan teknologi yang begitu canggih, mencari dikuasai tentang permasalahan apapun yang anda hadapi. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing saudara,” bebernya.(Red)