SERANG – Perhelatan Kongres IX Liga Mahasiswa Nasional Demokrasi ( LMND ) sedang berlangsung di Makassar sejak tanggal 5 Desember kemarin.
Sejak wacana Kongres IX LMND disosialisasikan ke semua kolektif di daerah, Kota/Kabupaten dan Komisariat, agenda perhelatan besar LMND tersebut sudah menuai kontroversi di kalangan pengurus dan anggota.
Hal tersebut seperti diutarakan Abu Bakar, Ketua Wilayah LMND Banten dalam keterangan tertulisnya kepada awak media, Jum’at, 9 Desember 2022.
“Eknas LMND dalam memberikan arahan Organisasi melalui SK No 097/EN-LMND/A/EW-EK-EKOM/XI/2022 sangat mepet sekali, hanya beberapa minggu saja sebelum gelaran Kongres IX berlangsung. Wajar, kawan-kawan di daerah menilai Kongres tersebut digagas secara tergesa-gesa dan tendensius,” kata Abu Bakar.
Secara kolektif, LMND Banten sendiri di klaim Abu bakar telah sepakat untuk tidak hadir dalam Kongres lantaran beberapa hal.
Pertama, menurutnya, LMND Banten telah sejak awal menolak ketua EN LMND sekarang, dimana dalam Kongres VIII dipilih secara cacat dan tidak demokratis.
Dalam Kongres 2019 lalu itu Abu Bakar menceritakan, LMND Banten telah secara bulat tidak memilih Muhammad Asrul (Ketua EN LMND sekarang) karena dari awal ia telah menolak untuk LMND terintegrasi dengan Partai Rakyat Demokratik (PRD).
Padahal menurutnya, LMND dan PRD memiliki historis yang panjang, bahkan sebelum organisasi ini didirikan untuk pertama kalinya melalui Kongres I di Bogor 1999 silam.
Setidak-tidaknya, pasca Muhammad Asrul memimpin, pembelotan terhadap partai benar terjadi kendati Kongres memutuskan LMND berafiliasi secara politik terhadap PRD. Dan nahasnya menurut Abu Bakar, pembelotan terjadi hanya sebatas kepentingan oportunisme dirinya semata.
Akhirnya, kerja-kerja ideologi dan organisasi LMND menjadi mangkrak dan terhambat.
Kedua, karena tabiat pimpinan ditopang kepentingan oportunisme semata, kerja-kerja Ideologi dan Organisasi mangkrak, akhirnya kepemimpinan di tubuh Eksekutif Nasional penuh dengan konflik dan tarik menarik kepentingan.
Alhasil, kerja-kerja IPO tidak menjadi prioritas dan pengurus, khususnya pimpinan politik dan pimpinan organisasi tidak terpimpin oleh program organisasi yang telah dirumuskan secara bersama dalam kongres sebelumnya.
Setidak-tidaknya dijabarkan Abu Bakar perihal konfilik di tubuh EN adalah, tidak harmonisnya antar pengurus baik antar Ketua Umum dan Sekjen maupun dengan para wakil-wakil yang lain.
Abu mengutarakan, sebagian kecil pengurus EN memang ada yang konsekwen menjalankan keputusan Kongres VIII dengan cara ikut serta dalam pembangunan Partai PRIMA.
Sayangnya, sebagian besar yang lain justru menolak menjalankan beberapa keputusan penting tersebut.
Belakangan dijelaskan Abu Bakar, skandal memalukan juga terjadi di tubuh EN yang dimulai dengan dibukanya rekening organisasi secara sepihak oleh Muhammad Asrul tanpa ada persetujuan dari Bendahara Umum.
Padahal, keuangan organisasi seyogyanya harus terakomodir dibawah Bendahara Umum EN LMND.
Semua problem yang terjadi di tubuh EN LMND bagi Abu, adalah buntut dari kepentingan opertunisme yang hal tersebut baginya sangat membahayakan IPO LMND yang berpihak pada rakyat biasa sejak pendiriannya.
Senada Abu Bakar, Sekretarisnya, Syamsul Ma’arief juga menuturkan hal yang tidak kalah krusialnya.
Meskipun kepemimpinan Asrul penuh dengan pembelotan demi pembelotan, ia masih berhasrat untuk memimpin LMND melalui Kongres IX ini.
“Tidak akan ada kerja Ideologi, Politik dan Organisasi (IPO) untuk kepentingan LMND jika dipimpin oleh orang yang sama. Yang ada hanya kepentingan pribadinya saja. Karena tipikal pimpinan sekarang ini ngeksis,” tutur Syamsul.
Sadar posisi LMND ada dalam bahaya oportunisme, Syamsul menuturkan perlunya Kongres IX dihentikan dan dibentuk Komite Penyelamat Ideologi, Politik dan Organisasi LMND agar kembali kepada khittahnya sebagai organisasi revolusioner yang jauh dari kepentingan oportunisme individu dan adventurirme semata.(Red)