MATARAM, BL – Anggota Komisi VIII DPR RI dapil Lombok, Fraksi PDI Perjuangan, H Rachmat Hidayat bakal menggelar sayembara parade berbusana adat Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) di Pulau Lombok.
Menariknya, Ketua DPD PDI Perjuangan NTB, menyerahkan secara langsung terkait teknis hingga kriteria penilaian sayembara berbusana adat tersebut pada jajaran WHDI.
“Nanti, semua hadiahnya, mulai dari juara satu, dua dan tiga, dari saya secara langsung. Tapi, tolong para pesertanya itu adalah seluruh Perwakilan WHDI di kecamatan di Pulau Lombok, baik itu Kota Mataram, Lombok Barat (Lobar), Kabupaten Lombok Utara (KLU) dan Lombok Tengah (Loteng). Mulai dari sekarang, silahkan digagas sayembara itu,” ujar H. Rachmat Hidayat saat melakukan Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan bersama jajaran pengurus WHDI Kota Mataram di lantai II Gedung PHDI NTB di Mataram, Minggu Petang (6/11).
Menurut Rachmat, digagasnya sayembara parade berbusana adat WHDI itu, lantaran ia sangat peduli terhadap keberlangsungan adat istiadat hingga kebudayaan yang menjadi tradisi umat Hindu di Provinsi NTB.
Selain itu, ia berkeinginan bahwa tradisi kebudayaan itu harus tertanam pada jati diri generasi muda umat Hindu.
“Jadi, merawat keberagaman dan toleransi beragama itu, adalah semangat kita dalam merawat Kebinekaan yang terkandung dalam ajaran Pancasila,” tegas Rachmat.
Ia meminta keberagaman kehidupan berbangsa dan bernegara yang sudah digariskan dalam ajaran Pancasila itu, harus diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Utamanya, dari rumah tangga, kampung tempat tinggal hingga saat hendak melaksanakan kegiatan beragama.
Pasalnya, lanjut Rachmat, ia telah memperoleh informasi bahwa, sudah ada sebagian umat Hindu di wilayah Provinsi NTB, yang kini mulai terpapar paham radikalisme.
“Implementasi dari nilai Pancasila yang tadi disampaikan oleh Prof. Dr. H. Gatot Dwi Hendro Wibowo, dan Pak Dr. Alfin Syahrin, wajib diejawantahkan dalam kehidupan keseharian kita. Pokoknya saya yakin dan percaya. Bahwa jika ibu-ibu yang bergerak mengamalkan ajaran Pancasila, maka para suami yang sempat terpapar paham radikalisme itu, akan kembali pada ajaran Tri Hita Karana,” papar Haji Rachmat.
Sementara itu, Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Mataram (Unram), Prof. Dr. H. Gatot Dwi Hendro Wibowo, mengatakan bahwa nilai ajaran dan Pancasila yang didalamnya terdapat Ketuhanan Yang Maha Esa itu, dipastikan sudah final.
Menurut dia, filosofi kehidupan beragama sesuai yang terkandung dalam sila pertama Pancasila, adalah umat yang mayoritas harus mengayomi umat yang minoritas.
“Kalau soal cara beragama boleh kita beda. Tapi soal Ketuhanan itu, adalah prinsip dasar yang harus dijunjung secara utuh agar enggak ada lagi, kita mengkafir-kafirkan seseorang. Ini, karena Pancasila itu landasan Idiologi dalam berbangsa dan bernegara,” tegas Prof Gatot.
Ketua Program Studi Doktoral Fakultas Hukum Unram itu, menegaskan bahwa Pancasila merupakan dasar negara dan idelogi bangsa yang mampu menciptakan kedamaian. Dulu orang tidak berani menguatkan Pancasila, tetapi saat ini zaman keterbukaan dan demokrasi, sehingga Empat Pilar Kebangsaan harus terus ditanamkan dalam setiap individu.
Terlebih, lanjut dia, dengan telah adanya fakta bahwa, sudah empat kali dilakukan amandemen UUD 1945, maka ada satu semangat beragama bangsa Indonesia yang hilang. Yakni nila kasih sayang.
“Maka tugas kita bersama untuk mengembalikan bahwa konsep beragama bangsa kita sesuai dalam nilai luhur Pancasila adalah sosialis relegius. Disitu, enggak bisa ditawar-tawar soal Idiologi itu. Maka, untuk mewadahi semangat Nasionalisme gotong royong. Caranya, hanya dengan kembali pada Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa. Serta, terus membumikan 4 Pilar Kebangsaan, seperti kali ini.
Rachmat sumbang WHDI kota Mataram Rp 5 Juta
Dalam kesempatan itu, H. Rachmat Hidayat menyempatkan memberikan bantuan senilai Rp 5 juta dari kantong pribadinya untuk organisasi WHDI Kota Mataram.
“Silahkan dipakai uang ini baik-baik dalam rangka menjaga keberlangsungan organisasi dan kehidupan keumatan yang tetap mengamalkan semangat nilai luhur Pancasila dalam kehidupan nyata,” tandas Rachmat Hidayat.